Friday, March 16, 2012

Inspiration from Huangsha

Minggu ( Ahad ), 25 desember 2011 tanpa ada rencana, saya dimintai tolong oleh seorang teman saya untuk menemaninya ke huangsha daerah dekat shamian. Sejujurnya saya belum tau tempat apakah huangsha itu yang saya tahu adalah shamian. Shamian adalah suatu tempat di daerah guangzhou yang disana banyak bangunan-bangunan eropa terutama portugis. Saya dulu sempat mengunjungi shamian, dengan pemandangan dan nuansa eropa yang bisa dikatakan “cukup eropa “ dengan banyaknya bangunan konsulat  jendral jaman dahulu yang masih kokoh berdiri, dihiasi dengan taman dan pernak-pernik khas eropa. Itulah shamian, tetapi kali ini tempat yang saya tuju adalah huangsha.
            Kami berangkat sekitar pukul 1 siang menuju subway station, karena kata teman saya memang lebih mudah naik subway, ditambah lagi lebih hemat waktu dan tidak macet  tentunya.  Sampai di station huangsha kami pun turun dah berjalan sekitar 300 meter dan masuk ke dalam sebuah pusat  stationery seperti pasar bentuknya tetapi memang penyedia semgala macam alat tulis menulis mulai dari modern maupun jaman dahulu (kuas, kertas gambar, kertas kaligrafi, dll ). Sembari kami berjalan saya bertanya pada teman saya tujuan ke tempat tersebut karena di awal saya belum bertanya asal ikut saja, karena sudah 2 hari ini saya berada di kamar asrama terus, keluar hanya untuk makan. Dikarenakan senin besok kami ada ujian dan cuaca cukup dingin sehingga untuk keluar tanpa tujuan jelas pun jadi agak berpikir ulang. Kembali ke topik, ternyata teman saya bermaksud membeli stempel nama china yang seperti di film-film China jaman dahulu yang terbuat dari sejenis bebatuan khas china.
            Sesampainya disana kami berputar-putar di daerah pasar tersebut karena teman saya juga agak lupa tempat tepatnya, maka kami sempat menghabiskan waktu 20 menit lebih untuk mencari toko tempat dia memesan stempal dahulu. Alhamdulillh setelah dirasa “cukup mengitari” pasar akhirnya kami naik ke lantai 2 dan bertemulah dengan toko tempat teman saya membeli dulu. Pertama teman saya membeli batu yang akan diukir sebagai stempel, menurut saya unik, karena disana kita bisa memilih sendiri batu yang akan kita pakai dengan berbagai macam warna dan bentuk dan tentunya dengan berbagai macam harga. Mulai dari harga 3 yuan- yang termahal pun ada ( saat itu saya lupa bertanya harga termahal ) Semakin besar dan kualitas batu tersebut makin bagus tentunya semakin mahal harganya. Saat itu teman saya membeli 2 batu dengan  harga 5 yuan atau sekitar  Rp 8000,- anggap saja batu kosongan karena memang belum ada ukiran apapun hanya sebongkah batu kecil berbentuk persegi panjang dengan lebar  1 cm dan panjang nya 5 cm. Setelah membeli batu tersebut teman saya tersebut sekalian membeli kardus kecil untuk tempat batu yang akan segera menjadi stempel tersebut  seharga 3- 4 yuan. Kemudian dilanjutkan ke tahap akhir yaitu pemahatan / pengukiran batu tersebut.
            Pangukiran dari batu tersebut dilakukan di kios lain, saat itu kami menuju ke sebuah kios yang terhitung sederhana, disanalah tempat  paman yang sudah bertahun-tahun menjadi pengukir batu stempel bekerja. Jika saya lihat usia beliau sudah menginjak 50 tahun lebih, tetapi masih sangat teliti mengerjakan ukiran di setiap batu yang diukir. Yang menarik adalah saat teman saya menyampaikan pesanannya harus jadi hari itu juga karena akan segara diberikan kepada yang memesan, paman pengukir tersebut pada awalnya agak sedikit  tidak suka karena waktunya sangat mepet, beliau berujar “ Ini adalah pekerjaan bukan mainan yang bisa semudah itu dikerjakan.” Karena sebelumnya teman saya juga pernah melakukan hal yang sama ( pesan dan minta hari itu juga dikerjakan ) Jadi pamannya sampai hafal deh kebiasaan teman saya. Sementara temen saya hanya senyum – senyum saya ketika paman terus –terusan agak mengomel karena waktu yang terlalu mepet.(-_-) Dari kata singkat paman tadi saya mengambil pelajaran yang cukup berharga yaitu kesungguhan dalam bekerja, beliau benar-benar menyadari profesi beliau ini bukanlah sebuah pekerjaan yang bisa seenaknya dikerjakan, profesional yang mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan beliau. Dan yang penting juga ada ketepatan waktu, beliau benar-benar menyelesaikan ukiran stempel tersebut  sebelum dari waktu yang dijanjikan. Benar-benar jarang orang yang seperti ini(Jempol dua buat ni paman d^^b) Pasca menyelesaikan ukirannya di stempel tersebut paman tak langsung menyerahkan stempel itu kepada teman saya tetapi beliau mengambil bubuk stempel dan mengambil sebuah buku tebal yang covernya sudah terbilang sangat usang. Apa yang dilakukan paman? Beliau mencoba stempel tersebut dan membubuhkan capnya di dalam buku usang tersebut. Selalu seperti itu beliau memang sengaja mengabadikan setiap stempel karya beliau di buku tersebut, terlihat sudah ratusan bahkan ribuan karya yang telah dihasilkan beliau. Luar biasa, beliau benar- benar menghargai karyanya. Meskipun bisa dibilang harganya tidak murah karena setiap ukiran 1 huruf mandarin biayanya adalah 15 yuan ( sekitar 22 ribu rupiah ), sedangkan biasanya nama orang china ada 3 huruf, tinggal dikalikan 3 saja. ^^ Meski terbilang tidak murah tetapi saya rasa harga tersebut pantas untuk karya beliau, karena pembuatannya benar-benar sangat teliti dan konsentrasi tingkat tinggi terlebih sangat profesional. Itulah salah satu dari karya seni beliau yang tidak semua orang atau sedikit orang yang memilikinya.
            Yah...itulah pelajaran singkat yang saya dapatkan dari perjalanan singkat kemarin, memang terkadang ilmu kehidupan tidak selamanya kita dapatkan di bangku – bangku sekolah tetapi bisa dari sekeliling kita. Inspirasi pun juga, semoga bisa membawa manfaat untuk semuanya.

No comments:

Post a Comment